Tuesday, May 30, 2017

Apogonichthyoides nigripinnis

Keluarga : Apogonidae

Nama Lokal : Belum ada

Nama Inggris :  Bullseye

Nama Latin : Apogonichthyoides nigripinnis

Panjang maksimum : 10cm

Ciri - ciri Fisik : Garis gelap vertikal berada di bawah setiap sirip dorsal dan pada dasar sirip ekor; garis keempat mungkin dapat berada diantara sirip dorsal kedua dan mulai batang sirip ekor; bintik hitam di atas sirip dada, sirip panggul hitam, sirip dada terang dan sirip tubuh lainnya berwarna lebih gelap

Ekologi : Ikan dewasa hidup dekat pesisiran dan di terumbu lepas pantai dalam. Ditemukan diantara rumput laut. Bersifat notkrunal. Memangsa pada zooplankton pada malam hari. Pernah diperkembang biakkan dalam lingkungan buatan. Bersifat mouthbrooder, ikan jantan menginkubasi telurnya.

Reproduksi : Tidak diketahui.

Persebaran : Dari Selat Bali sampai Laut Timor

Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.

Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan

Status konservasi : Tidak dievaluasi

Photo courtesy naturgucker

Apogon semiornatus


Keluarga : Apogonidae

Nama Lokal : Belum ada

Nama Inggris : Oblique-banded cardinalfish / Half-banded cardinalfish

Nama Latin : Apogon semiornatus

Panjang maksimum : 5cm

Ciri - ciri Fisik : Tubuh semi-transparan merah muda dengan garis coklat gelap berukuran cukup lebar dari dtengkuk hingga tengah sirip ekor dan garis identis memanjang dari moncong melewati mata hingga dekat sirip anal.

Ekologi : Hidup di habitat dekat pantai, di terumbu berbatu, hidup sekretif di bawah batu-batu rendah yang membentuk goa. Hidup soliter menyamar dengan lingkungannya dari kedalaman 3 hingga 30m.

Reproduksi : Tidak diketahui.

Persebaran : Direkam dari Kepulauan Raja Ampat, Teluk Maumere, Komodo, Manado dan sekitarnya, Pulau Seribu, Pulau Sangalakki dan Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Kalimantan.

Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.

Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan

Status konservasi : Tidak dievaluasi

Photo courtesy Robert Koch

Sunday, May 14, 2017

Pterocaesio digramma

Caesionidae
Pisang pisang
Double-lined fusilier
Pterocaesio digramma
Panjang maksimum : 21cm
Persebaran : Dari Selat Bali sampai Laut Timor. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Manado dan sekitarnya, Pulau Sangalakki, Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil)
Status konservasi : Tidak tercatat

Ditemukan di daerah pesisiran, terutama sekitar terumbu karang pada kedalaman 1 hingga 30m. Memangsa pada zooplankton pada level tengah air.

Biru dengan sepasang garis kuning tipis yang terletak pada punggung dan tengah sisinya, garis pada tengah tubuh biasa di bawah garis lateral dan ujung siirp ekor hitam.

Bertelur dengan telur yang menempel ke dasar.

Photo courtesy Richard Ling
Photo courtesy Benjamin Naden

Gymnocaesio gymnoptera

Caesionidae
Slender fusilier
Gymnocaesio gymnoptera
Panjang maksimum : 18cm
Persebaran : Dikenal dari Kepulauan Mentawai. Juga tercatat dari Bali, Teluk Maumere dan Komodo; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (minor), sebagai umpan hidup (sering)
Status konservasi : Tidak tercatat

Menghuni daerah dekat pesisiran sekitar terumbu karang dari kedalaman 2 hingga 20m. Memangsa pada zooplankton dalam agergasi besar pada level tengah air. Membentuk gerombolan dengan anggota marga Pterocaesio lainnya. Sering disalahidentifikasi sebagai ikan muda dan karena ukuran kecilnya.

Biru-hijau pada bagian atas tubuh, keperakan di bagian bawah dengan garis kuning hingga coklat gelpa sepanjang garis lateral, garis hitam bergelombang tepat di atas setiap sisik di punggung pucat membentuk barisan membujur dan ujung hitam khas pada setiap sirip ekornya.

Bertelur dengan telur yang menempel ke dasar.

Photo courtesy Benjamin Naden
Photo courtesy Karen Honeycutt

Caesio xanthonota

Caesionidae
Antuan
Yellowback fusilier
Caesio xanthonota
Panjang maksimum : 40cm
Persebaran : Diketahui dari Sumatra barat ke Laut Timor dan Kepulauan Mentawai.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil)
Status konservasi : LC (Least Concern)



Menghuni laguna dalam dan sepanjang terumbu menuju laut, terutama sekitar terumbu karang pada kedalaman 1 hingga 30m. Memangsa pada zooplankton dalam agregasi besar pada level tengah air.

Keseluruhan biru, kecuali kuning pada punggung, sirip dorsal dan sirip ekor, mirip dengan C.teres, namun daerah kuning pada punggung lebih menyebar.

Bertelur dengan telur kecil yang menempel ke dasar.

Photo courtesy _takau99
Photo courtesy Philippe Pourtallier

Caesio teres

Caesionidae
Punggung kuning
Yellow and blueback fusilier 
Caesio teres
Panjang maksimum : 40cm
Persebaran : Dari Selat Bali sampai Laut Timor. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Manado dan sekitarnya, Pulau Sangalakki, Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (minor)
Status konservasi : Tidak tercatat

Ditemukan terutama sekitar terumbu karang, ikan ini cenderung menyukai daerah laguna berganggang ungu pada kedalaman 1 hingga 30m. Memangsa pada zooplankton dalam agregasi besar pada level air tengah. Membentuk gerombolan dengan caesonid lainnya. Bermigrasi ke beberapa lokasi terpilih sekitar terumbu untuk berkawin dekat permukaan pada dekat jalur masuk kanal saat ada arus kuat keluar pada siklus bulan.

Biru dengan daerah kuning menutupi daerah posterior punggungnya, sirip punggung dan ekor.

Bertelur dengan telur yang menempel ke dasar.

Photo courtesy Benoit LALLEMENT
Photo courtesy Benoit LALLEMENT

Caesio cuning

Caesionidae
Ekor kuning 
Redbelly yellowtail fusilier 
Caesio cuning
Panjang maksimum : 50cm
Persebaran : Dari Sumatra barat daya ke Laut Timor dan Kepulauan Mentawai. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Manado dan sekitarnya, Pulau Sangalakki, Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil)
Status konservasi : Tidak terdaftar

Seringkali di daerah berlumpur dengan visibilitas rendah pada kedalaman 1 hingga 30m. Menghuni daerah pesisiran, biasa di atas terumbu karang atau terumbu berbatu. Membentuk gerombolan pada level tengah air, memangsa pada zooplankton. Biasa dipancing oleh cara memancing tangan di Sri Lanka, ditangkap dengan jaring besar di Thailand Barat dan Malaysia, perangkap dan jaring insang di Indonesia, Filipina dan Papua Nugini. Spesies caesionidae hidup yang paling primitif.

Biru hingga biru-hijau dengan sirip ekor kuning. Ikan dari laut Andaman memiliki punggung tersebar luas dengan warna kuning.

Bertelur dengan telur yang menempel ke dasar.

Photo courtesy zsispeo
Photo courtesy Richard Ling

Caesio lunaris

Caesionidae
Pisang-pisang
Lunar fusilier
Caesio lunaris
Panjang maksimum : 40cm
Persebaran : Selat Bali ke Laut Timor dan Kepulauan Mentawai. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Pulau Sangalakki, Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatra.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil)
Status konservasi : LC (Least Concern)

Menghuni daerah pesisiran, terutama pada terumbu karang atau di atasnya. Lebih umum ditemukan sepanjang lereng terumbu terjal dibandingkan laguna. Ditemukan dalam agregasi besar pada level tengah air di tepi atas lereng terumbu dan sekitar daerah terumbu, seringkali dengan ikan caesonidae lainnya. Memangsa pada zooplankton.

Biru tua dengan ujung hitam pada setiap sirip ekor. Ikan muda memiliki sirip ekor kuning dengan ujung hitam.

Bertelur dengan telur yang menempel ke dasar.

Photo courtesy zsispeo
Photo courtesy Justin Minns

Caesio varilineata

Caesionidae
Andau
Variable-lined fusilier / Thin-lined fusilier
Caesio varilineata
Panjang maksimum : 40cm
Persebaran : Direkam dari Bali dan Pulau Weh. Juga Sumatra Barat dan Jawa Selatan.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil), ikan muda digunakan sebagai umpan hidup (kadang-kadang)
Status konservasi : LC (Least Concern)

Menghuni laguna dalam dan terumbu menuju laut dari kedalaman 2 hingga 25m. Memangsa pada zooplankton pada pertengahan level air. Membentuk gerombolan dengan caesonidae lainnya.

Biru dengan 3 hingga 6 garis kekuningan pada sisi tubuh dan garis hitam dekat ujung setiap sirip ekornya. Ikan muda memiliki warna dasar biru lebih terang, berjumlah garis lebih dikit dan garis-gars hitam lebih jelas dekat ujung sirip ekor.

Bertelur dengan telur yang menempel ke dasar.

Photo courtesy Enrico Andreini
Photo courtesy Jordi Aloy

Pterocaesio pisang

Caesionidae
Pisang-pisang 
Banana fusilier
Pterocaesio pisang
Panjang maksimum : 21cm
Persebaran : Dari Sumatra barat daya ke Laut Timor dan Kepulauan Mentawai. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Manado dan sekitarnya, Pulau Sangalakki, Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatra.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil), sebagai umpan hidup untuk tuna (sering)
Status konservasi : LC (Least Concern)

Tersebar cukup luas sekitar terumbu karang pada kedalaman sekitar 1 hingga 30m. Membentuk gerombolan besar dengan ikan marga Pterocaesio lainnya. Memangsa pada zooplankton pada tengah level air.

Biru-hijau hingga kemerahan tanpa garis kuning pada sisinya, ujung moncong dan iris mata kekuningan, ujung sirip ekor hitam.

Bertelur dengan telur kecil yang menempel ke dasar.

Photo courtesy Benoit LALLEMENT
Photo courtesy Benoit LALLEMENT

Pterocaesio chrysozona

Caesionidae
Pisang-pisang 
Goldband fusilier 
Pterocaesio chrysozona
Panjang maksimum : 21cm
Persebaran : Dari Sumatra barat daya ke Selat Bali dan Kepulauan Mentawai. Juga tercatat dari Teluk Maumere, Manado dan sekitarnya; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil), sebagai umpan hidup (sering)
Status konservasi : LC (Least Concern)

Persebaran terutama di sekitar terumbu karang dekat pesisiran dan terumbu luar dari kedalaman 2 hingga 25m. Ditemukan dalam gerombolan. Memangsa pada zooplankton pada tengah level air dalam agregasi besar. Ditangkap oleh perangkap jaring.

Biru-hijau pada punggng, berubah menjadi biru-keperakan pada bagian bawah tubuh dan kepalanya, sebuah garis kuning tepat di bawah garis lateral dan ujung sirip ekor berwarna hitam.

Bertelur dengan telur yang menempel ke dasar.

Photo courtesy JonathanHsieh
Photo courtesy Benjamin Naden

Pterocaesio tile

Caesionidae
Andou meha 
Dark-banded fusilier
Pterocaesio tile
Panjang maksimum : 25cm
Persebaran : Dikenal dari Kepulauan Mentawai. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Bali, Teluk Maumere, Komodo, Manado dan sekitarnya, Pulau Sangalakki, Kepulauan Togean dan Banggai dan Pulau Weh; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil), sebagai umpan hidup (seringkali)
Status konservasi : LC (Least Concern)

Persebaran terutama sekitar terumbu karang. Ikan muda kadang ditemukan dalam jumlah besar di laguna dangkal dan dataran terumbu pada kedalaman 1 hingga 60m. Memangsa pada zooplankton di agregasi tengah air. Kadang-kadang ditangkap oleh perangkap jaring.

Punggung coklat dengan bintik putih pada setiap sisik, yang membentuk barisan bintik-bintik yang terlihat seperti garis, garis biru terang pada tengah tubuhnya memanjang dari moncong hingga dasar sirip ekor, garis hitam tipis tepat di atasnya, bertemu dengan garis hitam pada setiap sirip ekornya, daerah ventral kemerah-mudaan dan bintik hitam pada dasar sirip dada. Mampu berganti warna menjadi warna kemerahan kuat dengan garis biru terang yang memanjang hingga tengah sisinya.

Bertelur dengan telur yang menempel ke dasar.

Photo courtesy divemecressi
Photo courtesy Ron Decloux
Photo courtesy Benoit LALLEMENT

Caesio caerulaurea

Caesionidae
Andau
Blue and gold fusilier
Caesio caerulaurea
Panjang maksimum : 35cm
Persebaran : Dikenal dari Kepulauan Mentawai. Pulau Maluku, Bali, Irian Barat, Borneo, Sulawesi, Jawa. Lombok
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil), sebagai umpan hidup (kadang-kadang)
Status konservasi : LC (Least Concern)

Menghuni daerah pesisiran, ditemukan terutama sekitar terumbu karang. Ditemukan dalam gerombolan di laguna dalam dan sepanjang terumbu menuju laut dari kedalaman 1 hingga 30m, bergabung dengan jenis Caesonidae lainnya. Ikan muda digunakan sebagai umpan bagi ikan tuna.

Biru hingga biru-hijau dengan sebuah garis kuning pada sisinya, dasar sirip dada hitam dan garis hitam pada setiap cuping sirip ekornya

Bertelur dengan telur yang menempel ke dasar.

Photo courtesy Benjamin Naden
Photo courtesy Benjamin Naden

Saturday, May 13, 2017

Rhabdamia gracilis

Apogonidae
Jalutu
Luminous cardinalfish
Rhabdamia gracilis
Panjang maksimum : 6cm
Persebaran : Ditemukan dari Sumatra barat daya sampai Laut Timor; termasuk Flores. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Manado dan sekitarnya, Pulau Sangalakki dan Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Tubuh semi transparan dengan kemilau keperakan pada kepala dan perut, bintik hitam kecil pada batang sirip ekor bagian bawah (seringkali tidak ada) dan seringkali berpinggiran hitam pada satu atau kedua sirip ekornya.

Menghuni laguna dan terumbu pesisir, diantara karang dan batu dari kedalaman 2 hingga 15m. Hidup bersimpati dengan A. notatus. Membentuk agregasi besar. Mencari mangsa pada siang hari di daerah berarus di atas terumbu dan juga pada malam hari.

Foto 1 : Photo courtesy Benoit LALLEMENT
Foto 2 : Photo courtesy _takau99

Pristiapogon kallopterus

Apogonidae
Iridescent cardinalfish
Pristiapogon kallopterus
Panjang maksimum : 15.5cm
Persebaran : Dikenal dari Bali. Direkam dari Kepulauan Raja Ampat, Teluk Maumere, Manado dan sekitarnya, Pulau Seribu, Pulau Sangalakki, Kepulauan Togean dan Banggai dan Pulau Weh; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Merah muda hingga abu-abu pucat dengan garis hitam pada tengah tubuhnya yang cukup lebar (kadang tidak ada atau tidak terlalu menampak pada ikan besar) biasa tidak mencapai bagian posterior batang sirip ekor, pinggiran sisik tubuh coklat, bintik hitam besar pada dekat batang sirip ekor dan pinggiran anterior sirip punggung pertama kuning.

Hidup di perairan jernih di daerah berkarang dan terumbu menuju laut dari zona bawah berarus hingga kedalaman 45m. Bersifat bentopelagis. Hidup soliter. Memangsa pada invertebrata berenang bebas atau bentik (dekat dasar laut).

Foto 1 : Photo courtesy zsispeo
Foto 2 : Photo courtesy zsispeo

Pterapogon kauderni

Apogonidae
Capungon ambon
Banggai cardinal fish
Pterapogon kauderni
Panjang maksimum : 10.5cm
Persebaran : Kepulauan Banggai. Tercatat memiliki distribusi alami yang terbatas di Banggai Arch., Di lepas pantai timur Sulawesi Tengah (Sulawesi) dan beberapa pulau di dekatnya. Ternyata populasi di luar daerah endemik (Selat Lembeh, Luwuk dan Tumbak.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Akuarium (komersil)
Status konservasi : Endangered (EN)

Sirip punggung pertama merumbai, sirip dorsal kedua panjang berujung lancip, sirip ekor bercabang tajam, tiga garis berpinggiran putih pada kepala dan sisinya, bintik-bintik putih pada sirip panggul dan pinggiran sirip anal, punggung dan ekor hitam berbintik putih.

Sering ditemukan dalam agregasi terdiri dari 20 ekor ikan atau lebih. Berlindung diantara karang bercabang atau duri bulu babi marga diadema. Ikan muda juga ditemukan dengan karang jamur Heliofungia actiniformis, dan anemon. Teluk terlindung dan pelbuhan pada kedalaman 0 hingga 16m. Ikan betina memancarkan berat telurnya, mengandung sekitar 12 hingga 40 butir telur besar, dimana telurnya akan dimasuki ke mulut ikan jantan yang diinkubasi untuk sekitar 3 minggu. Ikan baru menetas sekitar 6 hingga 8 mm panjangnya dalam ukuran dan tetap di dalam mulut ikan jantan untuk sekitar 6 -10 hari. Mencapai kematangan seksual akhir tahun pertamanya.

Foto 1 : Photo courtesy mve_Bob
Foto 2 : Photo courtesy Philipp Mutschlechner

Sphaeramia nematoptera

Apogonidae
Capungon
Pajama cardinalfish
Sphaeramia nematoptera
Panjang maksimum : 9cm
Persebaran : Diketahui dari Flores dan Kepulauan Mentawai. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Komodo, Pulau Seribu, Pulau Sangalakki dan Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Jawa.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Akuarium (komersil), termasuk ikan terkenal dalam hobi akuarium.
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Kepala kuning, garis merah melewati iris matanya, garis cokelat gelap vertikal melintasi anterior tubuhnya hingga sirip punggung pertama, sirip panggul berwarna coklat gelap, bintik-bintik ungu pada posterior tubuh dan ujung siirp dorsal kedua lebih panjang berujung lancip.

Membentuk agregasi diantara cabang karang Porites nigrescens dan P. cylindrica di teluk terlindung dan laguna dari kedalaman 1 hingga 14m. Menyebar pada malam hari untuk mencari mangsa dekat dasar laut.

Bersifat mouthbrooding, pernah dikawinkan dalam lingkungan buatan.

Foto 1 : Photo courtesy Benoit LALLEMENT
Foto 2 : Photo courtesy zsispeo

Sphaeramia orbicularis

Apogonidae
Serinding malam
Orbiculate cardinalfish
Sphaeramia orbicularis
Panjang maksimum : 12cm
Persebaran : Diketahui dari Selat Bali ke Laut Timor; Termasuk Flores dan Kepulauan Mentawai. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Pulau Sangalakki dan Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Perikanan (komersil)
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Abu-abu pucat dengan garis coklat pada tengah tubuhnya dari bawah sirip punggung hingga sirip panggulnya, bintik-bintik hitam bervariasi dalam ukuran pada posterior tubuh dan ujung putih pada sirip dorsal pertama. Ikan muda mirip wujudnya, namun tanda-tanda pada tubuhnya berwarna lebih terang.

Biasa hanya ditemukan pada perairan dekat pesisiran, membentuk agregasi kecil diantara hutan bakau, bebatuan, puing atau di bawah dermaga dekat pesisiran. Mencari mangsa pada malam hari (pada sore hari dan tepat sebelum fajar), memangsa terutama pada krustasea planktonik. Kematangan seksual tercapai pada ukuran 7 cm untuk ikan jantan dan 6 cm untuk ikan betina.

Aktivitas perkawin dan berkembang biak terjadi dua minggu sekali (sebelum terjadinya bulan baru dan bulan penuh). Telur ikan diinkubasi oleh ikan jantan untuk sekitar delapan hari. Ikan larva pada fase pelagis.

Foto 1 : Photo courtesy Sushi_Girl1995
Foto 2 : Photo courtesy Sushi_Girl1995

Archamia zosterophora

Apogonidae
Blackbelted cardinalfish / Girdled cardinalfish
Archamia zosterophora
Panjang maksimum : 6.5cm
Persebaran : Dikenal dari Flores dan Maluku; Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Komodo, Pulau Seribu, Kepulauan Togean dan Banggai dan Pulau Weh.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Abu-abu pucat dengan garis coklat gelap pada moncong, sepasang garis-garis vertikal kemerahan pada tutup insang, garis coklat gelap lebar pada bagian tengah sisi dan bintik hitam pada tengah batang sirip ekor.

Ditemukan dalam agregasi berjarak dekat di atas atau diantara batang-batang karang Porites cylindrica dan beberapa jenis karang bercabang lainnya di laguna dan teluk di atas dasar berpasir pada kedalaman hingga 40m. Bersifat nokturnal.

Foto 1 : Photo courtesy Sudachi
Foto 2 : Photo courtesy Sudachi

Taeniamia fucata

Apogonidae
Orangelined cardinalfish / Painted cardinalfish
Taenamia fucata
Panjang maksimum : 9.5cm
Persebaran : Diketahui dari Flores dan Kepulauan Mentawai. Juga mencatat dari Togean dan Kepulauan Banggai ; dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Tubuh coklat (mungkin juga kehitaman abu-abu kebiruan sampai hampir hitam padat), batang sirip ekor dengan semacam bintik berbentuk pelana, bintik hitam  pada sirip dorsal.

Hidup di lereng terjal dimana banyak karang. Biasa berada beberapa centimeter di atas dasar goa. Bersifat nokturnal. Ini ikan pemalu dan soliter. Memangsa pada ikan kecil dan krustasea. Menghasilkan toksin kulit grammistin.

Foto 1 : Photo courtesy zsispeo
Foto 2 : Photo courtesy eunice khoo

Zoramia leptacantha

Apogonidae
Threadfin cardinalfish / Long-spine cardinalfish
Zoramia leptacantha
Panjang maksimum : 5.5cm
Persebaran : Maluku. Diketahui dari Teluk Maumere, Flores dan Pulau Komodo, dan Kepulauan Mentawai. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Pulau Seribu, Kepulauan Togean dan Banggai dan Pulau Weh; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Akuarium (komersil).
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Tubuh agak coklat transparan dengan warna-warni putih pada punggung atas, iris mata biru dan garis-garis biru terang pada posterior kepala dan anterior tubuh, sirip dorsal pertama lebih panjang berujung lancip.

Agregasi berjarak dekat (seringkali bergabung dengan spesies lainnya seperti Archamia fucata, A. zostephora, ditemukan di atas gundukan karang bercabang Porites cylindrica di teluk yang dapat berair keruh dan laguna dari kedalaman 2 hingga 12m. Bersifat nokturnal.

Foto 1 : Photo courtesy zsispeo
Foto 2 : Photo courtesy Johannes Pfleiderer

Rhabdamia cypselurus

Apogonidae
Swallowtail cardinalfish / Nose-spot cardinalfish
Rhabdamia cypselurus
Panjang maksimum : 6cm
Persebaran : Diketahui dari daerah Manado, Sulawesi (Sulawesi), Teluk Maumere, Flores, dan Pulau Komodo. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Bali, Pulau Sangalakki, Kepulauan Togean dan Banggai dan Pulau Weh; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Tubuh ikan ini semi transparan dengan kemilau kekuningan pada kepala dan perut, bintik hitam atau garis pendek pada sis moncong dan pinggiran hitam pada sirip ekornya.

Membentuk gerombolan besar diantara batu dan di atas karang di laguna. Seringkali bergerombol dengan R. gracilis. Menyebar saat malam hari, berenang pada pertengahan air untuk menyaring plankton.

Foto 1 : Photo courtesy Gaell
Foto 2 : Photo courtesy Jeffrey Low

Pristiapogon exostigma

Apogonidae
Geteh-geteh lombo 
Narrowstripe cardinalfish
Pristiapogon exostigma
Panjang maksimum : 13cm
Persebaran : Dikenal dari Flores. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Komodo, Pulau Sangalakki, Kepulauan Togean dan Banggai dan Pulau Weh; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Kemerahan muda atau abu-abu pucat dengan garis pada tengah tubuhnya dan bintik hitam pada batang sirip ekornya yang hampir menyentuh garis lateral pada bagian bawah tubuhnya.

Ditemukan di bawah langkan atau di puncak karang terisolasi pada perairan terumbu berlumpur / pasir halus di terumbu dalam dari kedalaman 3 hingga 20m. Bersifat soliter dan termasuk cukup jarang ditemukan. Bersifat nokturnal. Sering ditemukan di dasar daerah berkarang. Memangsa pada ikan dan invertebrata kecil.

Foto 1 : Photo courtesy Taco Cheung
Foto 2 : Photo courtesy Derek Keats

Apogon sealei

Apogonidae
Seale's cardinalfish / Cheek-bar cardinalfish
Apogon sealei
Panjang maksimum : 9cm
Persebaran : Dikenal dari Flores. Juga tercatat dari Kepulauan Raja Ampat, Manado dan sekitarnya serta Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Flores dan Sulawesi.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan
Status konservasi : LC (Least concern)

Kuning  pucat dengan sepasang garis coklat tipis pada bagian atas dan tengah tubuh serta bintik hitam pada ujung batang sirip ekornya. Mirip dengan O. chrysopomus, namun memiliki garis kecoklatan berpinggiran biru dibandingkan bintik-bintik kuning pada tutup insang. Ikan muda abu-abu pucat hingga kekuningan dengan garis hitam, sirip ekor kuning dan bintik hitam pada tengah batang sirip ekor.

Sebuah spesies yang tidak umum ditemukan, ditemukan diantara karang bercabang di terumbu laguna dari kedalaman 2 hingga 25m. Dalam agregasi kecil hingga besar hanya berjarak pendek dari dasar laut. Jarang ditemukan pada kedalaman lebih dari 10m.

Foto 1 : Photo courtesy danielguip
Foto 2 : Photo courtesy Bernard DUPONT
Foto 3 : Photo courtesy eunice khoo

Nectamia savayensis

Apogonidae
Samoan cardinalfish
Nectamia savayensis
Panjang maksimum : 11.3cm
Persebaran : Direkam dari Kepulauan Raja Ampat, Bali, Teluk Maumere, Manado dan sekitarnya, Pulau Seribu, Pulau Sangalakki dan Kepulauan Togean dan Banggai; Dengan distribusi Indonesia dari Papua ke Sumatera.
Bahaya terhadap manusia : Ikan ini tidak berbahaya bagi manusia.
Penggunaan komersil : Tidak dipergunakan
Status konservasi : Tidak dievaluasi

Ditemukan di perairan pesisiran dan lereng terumbu menuju laut pada daerah samudera; hingga kedalaman 15m, bersifat pemalu dan jarang kelihatan pada siang hari. Memangsa pada Ostracod, amphipoda, udang, dan cacing laut.

Coklat, lebih gelap pada daerah punggungnya, sering dengan refleksi ketembagaan atau keperakan, tanda hitam berbentuk sebuah baji di bawah matanya, pola pelana hitam pada bagian atas dasar sirip ekor, pinggiran anterior coklat pada kedua sirip punggungnya dan pinggiran atas dan bawah sirip ekor warna putih.

Photo courtesy Rickard Zerpe
Photo courtesy zsispeo